Wisata Kampung Batik Sidomukti Magetan



kampung batik sidomukti
motif bambu batik sidomuktiMagetan – Ini jalan-jalan kami yang kesekian kalinya di kota kecil yang sejuk, yang berada dikaki sebelah timur Gunung Lawu. Pada perjalanan sebelumnya kami menyempatkan diri untuk melihat langsung berbagai potensi wisata yang ada di kota ini, seperti Air terjun di lereng timur Gunung Lawu, Telaga Sarangan dan Mojosemi Forestpark, jalan-jalan kali ini kami akan melihat wisata budaya, yaitu kesenian batik khas Magetan yang dikenal dengan batik Sidomukti atau kampung batik Sidomukti. Kampung batik Sidomukti ini terletak di dusun Papringan, desa Sidomukti, kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan atau sekitar hampir 1 jam perjalanan dari kota Magetan. Untuk menuju ke lokasi, dari kota Magetan bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda 2 atau 4, menuju ke arah wisata telaga Sarangan, setelah sampai di pasar Plaosan terdapat sebuah pertigaan, ambil jalan yang ke kiri, setelah itu akan bertemu peternakan ayam disepanjang jalan menuju desa Sidomukti, hingga bertemu pertigaan dengan petunjuk jalan bertulisan arah Sentra Batik Sidomukti. Ikuti arah tersebut hingga sampai di sebuah perempatan jalan yang terdapat sebuah patung ibu-ibu yang sedang membatik itulah kampung batik Sidomukti yang terkenal itu. Di desa Sidomukti ini terdapat banyak perajin batik yang tergabung dalam kelompok-kelompok dan masih dikelola secara home industri, meskipun sebagian besar masyarakat desa Sidomukti ini berprofesi sebagai petani. Nama Batik Sidomukti sendiri juga terdapat di beberapa tempat seperti di Solo dan Jogja, namun untuk Magetan mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dari motifnya yang mengambil dari kearifan budaya lokal “pohon bambu” yang banyak tumbuh di desa ini dengan menggabungkan beberapa motif lain seperti flora dan fauna khas dari Magetan dan Indonesia dengan warna-warna yang segar, sehingga memiliki corak tersendiri yang di kenal dengan motif “Pring Sedapur”. Menurut keterangan dari para pengrajin batik di desa ini, selain memilih motif bambu sebagai ciri khas budaya lokal, pohon bambu juga memiliki makna tersendiri, karena hidupnya bergerombol digambarkan bahwa manusia itu harus menjaga kerukunan dan kebersamaan, selain itu bambu juga mempunyai nilai filosofi dalam sejarah perjuangan dan kehidupan sehari-hari. Seni membatik di desa Sidomukti ini telah berlangsung sejak lama, mulai tahun 1970 dan mulai terkenal di tahun 1998. Menurut keterangan dari salah satu pengurus kelompok batik ini, sejarah batik Sidomukti ini adalah warisan dari para leluhur mereka yang di wariskan secara turun-temurun dan ini sudah dimulai saat masa-masa perkembangan islam saat masa kerajaan Mataram. Setelah pecah perang, banyak prajurit Mataram yang lari menuju ke lereng timur Gunung Lawu, khususnya di desa Sidomukti ini, terutama di dusun Papringan yang pada awalnya mendapatkan pengajaran langsung dari pendatang-pendatang dari kerajaan Mataram.
motif bambu batik sidomukti
Dahulu batik Sidomukti ini hanya ada dikalangan bangsawan atau lingkungan kerajaan saja seperti batik sidomukti khas Solo dan Jogja, dengan motif dan corak warna yang khas kecoklatan, berbeda dengan batik sidomukti khas Magetan, selain menampilkan corak lingkungan kerajaan juga dipadukan dengan kearifan lokal sehingga terkesan lebih merakyat. Seperti seni membatik pada umumnya, proses pembuatan batik ini didominasi oleh kaum ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok perajin batik “mukti rahayu”. Seperti biasa, sebelumnya kain akan dilukis sebuah motif, kemudian diwarnai menggunakan cairan malam yang dipanaskan menggunakan canting, namun disini terdapat variasi menggunakan kuas untuk memberikan corak tersendiri. Para perajin batik di desa ini, masih mempertahankan cara tradisional meskipun pengerjaannya memakan waktu, untuk 1 lembar kain, memerlukan waktu hingga 4 hari sampai dengan 6 hari, dengan cara inilah mutu batik sidomukti khas Magetan ini bisa tetap terjaga tidak kalah dengan batik khas Pekalongan.
batik motif bambu
Pada awal tahun 1998, para perangkat di desa ini menjalin kerjasama dengan dinas sosial setempat dan ahli batik dari luar Magetan, memberikan penyuluhan dan pelatihan, hasilnya sejak tahun 1998 batik sidomukti khas Magetan ini mulai banyak diminati dipasaran lokal, seperti Magetan dan sekitarnya. Dari pasaran lokal rata-rata, mendapat pesanan dari sekolah-sekolah dan instansi pemerintah untuk dijadikan seragam. Berkat ketekunan para perajin, akhirnya batik sidomukti khas Magetan ini bisa tembus masuk ke pasaran nasional hingga ke Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, bahkan saat itu menjadi salah satu batik favorit pilihan bapak presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ). Kain-kain batik sidomukti ini rata-rata dijual mulai dengan harga Rp.65.000,- hingga ratusan ribu tergantung motif dan lebar kain. Meskipun batik sidomukti khas Magetan ini belum terdaftar di hak cipta & paten, hal ini tidak menghalangi niat para perajin batik untuk terus berkarya menghasilkan perpaduan motif-motif baru sesuai dengan minat pasaran, seperti perpaduan motif bambu dengan burung cendrawasih, burung jalak lawu dan lain-lain juga lebih kaya variasi warnanya. Smoga keberadaan batik Sidomukti ini menambah ciri khas tersendiri bagi pariwisata kota Magetan dan semoga tetap eksis keberadaanya untuk memperkaya seni budaya nusantara *)


Artikel lain :

Agrowisata Petik Buah Kurma di Pasuruan



duta wisata kurma pasuruan
Pasuruan – sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur, yang berbatasan dengan kabupaten Malang dibagian selatan ini juga dikenal banyak memiliki tempat-tempat yang bagus dan cocok untuk referensi wisata dan mengisi liburan anda bersama teman dan keluarga. Bila pada jalan-jalan sebelumnya di Pasuruan sudah mengunjungi beberapa wisata alam airterjun yang tersebar dibeberapa wilayah di Pasuruan, kali ini kita akan mengunjungi sebuah tempat wisata unik dan hanya satu-satunya di Indonesia, yaitu wisata petik buah kurma di Purwosari, Pasuruan. Sudah menjadi hal yang umum bahwa selama ini yang ada dipikiran kebanyakan orang adalah pohon kurma identik dengan suasana gurun pasir di timur tengah dan beranggapan hanya di sana saja pohon kurma bisa hidup, tumbuh dan berbuah. Ternyata hal ini tidak benar, lewat sentuhan kreatif bapak H.M Roeslan sebagai pemilik tempat wisata ini, beliau berhasil menyulap lahan miliknya seluas 3,7 Ha yang selama ini tidak difungsikan menjadi perkebunan kurma yang rencananya akan ditanami sekitar 400 pohon kurma yang dibagi dalam beberapa blok yang dikelompokan sesuai jenisnya. Awalnya lahan miliknya ini akan disewakan untuk kawasan industri karena kebetulan lokasinya berada agak pelosok dan tanahnya kering, kemudian timbul niat untuk menjadikan lahan tersebut sebagai area wisata kebun kurma pada Agustus 2016 setelah mendapat tawaran bibit kurma dari temannya di Jakarta. Kebetulan, saat itu masih belum ada model wisata seperti ini di Indonesia, di Jonggol-Bogor cuma ada beberapa pohon saja yang di tanam dan cuma di Thailand saja yang ada perkebunan kurma, itu pun pohonnya tidak sebanyak yang ada di Pasuruan ini. Agrowisata petik buah kurma ini mulai dibuka untuk umum pada 1 Januari 2017 dan langsung mendapatkan respon yang baik dari masyarakat, mereka penasaran dan berdatangan menuju tempat ini untuk melihat dari dekat pohon kurma yang selama ini hanya ada di negara timur tengah, kini tidak perlu jauh-jauh harus ke timur tengah cukup di Pasuruan saja. Lokasi wisata ini terletak di desa Pucangsari, kecamatan Sukorejo, Purwosari – Pasuruan, atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Surabaya dan 1 jam dari Malang. Dari Surabaya bisa mengambil rute menuju ke Malang, melalui jalan tol Gempol – Pandaan – melintasi jalan raya Purwosari menuju ke Purwodadi setelah sampai di Sukorejo akan terdapat sebuah papan nama bertuliskan “ wisata kebun kurma kabupaten Pasuruan “, anda tinggal mengikuti petunjuk arah tersebut dan tidak terlalu jauh lokasinya dari jalan raya tersebut, sekitar 1 Km dari jalan raya Purwosari. Untuk anda yang menggunakan transportasi umum, bisa menggunakan bis dari terminal Purabaya Surabaya naik jurusan ke Malang turun di Sukorejo Purwosari begitu juga rute transportasi umum dari Malang, naik bis dari terminal Arjosari naik jurusan ke Surabaya, turun di Sukorejo – Purwosari. Untuk masuk ke area wisata ini pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk sebesar Rp.5.000,-/ orang, cukup murah sekali untuk ukuran tempat wisata dan di tempat tersebut telah disediakan area parkir yang cukup luas di seberang area wisata yang dapat menampung ratusan kendaraan. 

Pesona wisata dan Jendela Inspirasi :

agrowisata di pasuruan
kurma merah di pasuruanSetelah membeli tiket diloket yang bangunanya terbuat dari sebuah kontainer, pengunjung bisa masuk ke area kebun dengan berjalan kaki dan terlihat hamparan perkebunan kurma dengan berbagai jenis dan ukuran, beberapa ada yang sudah berbuah, berbunga dan ada yang belum tergantung usia pohonnya. Untuk kenyamanan pengunjung pihak pengelola wisata, yaitu dibawah Duta Wisata Group menyedikan area bermain, waterpark dan yang paling menarik terdapat sebuah pesawat boeing 737, seperti yang terdapat di Saygon Waterpark Pasuruan yang kebetulan juga satu pemilik dengan area wisata ini, pesawat tersebut diletakan dekat dengan area perkebunan, jadi para pengunjung bisa melihat perkebunan dari dalam pesawat serasa seperti terbang di hamparan perkebunan kurma. Wahana wisata di tempat ini memang belum 100%, untuk perkebunan kurma telah siap 90%, dengan 400 pohon kurma dengan usia yang beragam mulai dari usia 6 bulan hingga 2 tahun. Menurut pihak pengelola, dari sekitar 400 pohon kurma yang ada di tempat ini, terdapat 125 pohon dengan usia 3 – 5 tahun dan 50 pohon berusia 5 tahun yang beberapa diantaranya telah berbunga dan berbuah, ke depan pihak pengelola berencana akan memperluas area perkebunan ini bertambah 2,5 Ha lagi. Tidak hanya perkebunan kurma, beberapa fasilitas juga telah disediakan didalamnya, seperti area bermain yang telah dibangun hingga 25% dan terus dilengkapi dengan membangun sebuah miniatur kabah di tengah-tengah perkebunan yang fungsinya selain membawa suasana khas timur tengah juga bisa dimanfaatkan untuk manasik haji dan umroh, termasuk membuat miniatur jalan seperti di Shafa ke Marwa. Beberapa fasilitas seperti toilet, gazebo untuk bersantai dan tempat-tempat kuliner telah ada didalamnya dengan menu kuliner khas timur tengah dan berbagai olahan kurma, jadi pengunjung benar-benar akan dibawa pada suasana timur tengah. Blok perkebunan yang banyak menarik perhatian para pengunjung adalah blok perkebunan kurma jenis azwa yang sangat terkenal kelezatannya, yang biasa disebut dengan kurma nabi berwarna hitam gelap dan kurma ini di timur tengah hanya tumbuh di Madinah, bertekstur lembut dengan citarasa seperti kismis tidak terlalu manis. Tidak hanya perkebunan kurma di area wisata juga terdapat perkebunan buah zaitun dan ke depan akan ditanam juga pohon siwak, delima merah, delima hitam, durian, anggur dan beberapa tanaman langka seperti durian merah seperti yang ada di Banyuwangi, durian hitam, kelapa pandan, jeruk merah, anggur merah besar sehingga ke depan agrowisata ini akan semakin lengkap dan menarik. Meskipun baru di buka beberapa bulan, terlihat antusias masyarakat yang berdatangan dari Pasuruan, sekitar Pasuruan dan bahkan dari luar Jawa Timur yang datang karena penasaran dan tertarik untuk melihat seperti apa perkebunan kurma itu. Bagaimana menarik bukan, tidak hanya berwisata biasa tapi dengan suasana khas timur tengah, berjalan-jalan di perkebunan kurma, memetik langsung buah kurma dan mencicipi berbagai olahan kurma dan berbagai kuliner khas timur tengah, sangat cocok untuk referensi liburan anda bersama keluarga dengan fasilitas yang lengkap dan memadai dijamin anda akan betah berlama-lama di tempat ini. Setidaknya bukan hanya berwisata dan kesan religi yang di desain oleh sang pemilik dari tempat wisata ini tapi juga setidaknya membuktikan bahwa kurma juga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia..*)

Artikel lain :

Wisata Telaga dan Waduk di Magetan



Magetan – mengunjungi kota kecil paling barat propinsi Jawa Timur ini tentu tidaklah lengkap tanpa berwisata di tempat wisata andalan kota Magetan ini, yaitu Telaga Sarangan yang berada di lereng sebelah timur Gunung Lawu. Pada edisi jalan-jalan di kota Magetan sebelumnya, kita sudah mengunjungi wanawisata Mojosemi Forestpark dan melihat potensi wisata air terjun yang ada di lereng sebelah timur Gunung Lawu, kali ini kita akan melihat wisata air yang ada di wilayah kabupaten Magetan, termasuk diantaranya Telaga Sarangan dan beberapa lainya, sebagai berikut :

wahana air speedboat di telaga sarangan
tempat bersantai di tepi telaga saranganTelaga Sarangan, terletak di lereng sebelah timur dari Gunung Lawu pada ketinggian 1200 MDpl dan secara administratif masuk desa Sarangan, kecamatan Plaosan, kabupaten Magetan. Dahulu telaga ini bernama telaga pasir yang diambil dari cerita terbentuknya telaga ini yang konon berasal dari kisah sepasang suami istri bernama Kyai pasir dan Nyi pasir yang dahulu tinggal di lereng sebelah timur Gunung Lawu ini. Sepasang suami istri ini tinggal disebuah pondok kayu yang sangat sederhana dan sehari-hari mereka berkebun di kawasan hutan tidak jauh dari pondoknya. Pada suatu hari, saat Kyai pasir hendak memperluas kebunya dengan memotong pohon-pohon disekitar kebunnya, tiba-tiba dia menemukan sebuah telur yang tidak tau itu telur binatang apa dan kemudian telur tersebut dibawa pulang kerumah. Sampai dirumah dia menemui istrinya Nyai pasir dan menceritakan penemuan telur tersebut dan kemudian telur tersebut di rebus oleh Nyai pasir dan setelah matang, telur tersebut dibagi dua, separuh di makan Kyai pasir dan separuh di makan istrinya. Setelah selesai memakan telur, Kyai pasir bermaksud kembali ke kebun untuk melanjutkan pekerjaannya, tidak berapa lama setelah sampai dikebun, Kyai pasir merasakan hal aneh pada seluruh badannya yang terasa panas, gatal dan sakit-sakit. Setelah menahan sakit beberapa waktu, rebahlah Kyai pasir ke tanah karena tidak kuat menahan rasa sakit tersebut dan tiba2 secara ajaib badan Kyai pasir berubah menjadi seekor ular naga yang besar dan mengerikan, yang terus berguling-guling di tanah berusaha menghilangkan rasa sakit di badannya. Hal serupa juga terjadi dengan Istrinya Nyai pasir, setelah merasakan sakit dibadanya, bermaksud menuju kebun mencari suaminya dan terkejut setelah sampai dikebun melihat seekor ular naga besar yang berguling-guling dan tidak lama kemudian Nyi pasir juga rebah dan berubah menjadi ular naga besar dan berguling-guling. Akibat ulah 2 ekor naga yang berguling-guling di tanah tersebut, berubahlah tanah itu menjadi sebuah cekungan yang lama kelamaan menjadi semakin luas dan dalam kemudian munculah mata air persis di tengah cekungan tersebut dan jadilah sebuah Telaga. Telaga Sarangan mempunyai luas hampir 30 Ha dengan kedalaman mencapai 28 meter dengan sebuah pulau kecil di tengahnya. Untuk menuju ke lokasi wisata Telaga Sarangan, dari kota Magetan menempuh perjalanan sekitar 20 Km dengan kondisi jalan beraspal halus, yang bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi dan umum. Sepanjang perjalanan menuju ke telaga Sarangan dikanan kiri jalan banyak terdapat kebun-kebun sayur dan kebun strawbery dengan udara yang sejuk khas pegunungan, sekitar 15 – 20 derajat celcius. Sebelum masuk ke area wisata pengunjung dikenakan tiket masuk Rp.8.000,- per orang dan di hari-hari biasa pengunjung bisa membawa masuk kendaraannya dan parkir di sekitar telaga. Namun di hari-hari libur terutama libur nasional, kendaraan harus diparkir di luar area telaga, kemudian berjalan kaki sekitar 100 – 200 meter ke telaga. Wisata telaga Sarangan ini banyak menawarkan beberapa paket wisata, berbagai macam kuliner dan oleh-oleh khas dari Magetan. Beberapa paket wisata tersebut antara lain pengunjung bisa berkuda mengelilingi telaga dengan tarif sewa Rp.60.000,- untuk satu kali keliling, untuk anda yang belum mahir berkuda bisa didampingi oleh pemilik kuda. Pengunjung pun bisa mencoba wahana air seperti speedboat, perahu kayuh dan memancing, untuk speetboad tarif sewanya Rp. 60.000,- untuk 2 kali putaran mengelilingi telaga dan Rp.100.000,- untuk 3 kali putaran sedangkan untuk perahu kayuh Rp.15.000,-. Untuk urusan perut jangan kuatir, disekitar lokasi banyak tempat kuliner seperti sate kelinci, bakso, jagung bakar dan lain-lain. Bagi pengunjung yang berminat untuk bermalam di sekitar telaga banyak terdapat hotel-hotel dengan tarif bervariasi sesuai dengan fasilitas pelayanannya.

view telaga wahyu magetan
Telaga Wahyu, terletak di desa duwet, kecamatan Plaosan, kabupaten Magetan sekitar 2 Km sebelum telaga Sarangan. Lokasi wisata ini berada persis di pinggir jalan raya menuju ke Sarangan yang dahulu telaga ini dikenal dengan nama telaga Wurung, yang diambil dari mitos bila sepasang kekasih berpacaran di telaga ini maka tidak lama kemudian akan putus atau tidak jadi, dalam bahasa Jawa “wurung”. Namun, ini hanyalah sebuah mitos belaka, kenyataanya telaga ini juga semakin ramai pengunjung tapi tidak seramai telaga Sarangan karena mungkin sebagian orang masih percaya dengan mitos itu atau karena kurangnya pengenalan dan minimnya fasilitas yang ada di telaga ini. Untuk menjadikan telaga ini menjadi destinasi wisata, kemudian pemerintah kabupaten Magetan merubah nama telaga Wurung menjadi telaga Wahyu mungkin dengan maksud untuk menghilangkan mitos dan pemerintah juga memperbaiki dan menambah fasilitas wisata seperti tempat kuliner, wahana air perahu kayuh dan tempat pemancingan. Para pengunjung pun juga asyik berburu view foto di sekitar lokasi telaga ini, terutama dari sisi atas telaga, foto dengan view telaga Wahyu di bawahnya, terlihat sangat keren. Pengunjung pun bisa bersantai di warung-warung di bagian atas telaga sambil berkuliner menikmati suasana telaga dari ketinggian. Tidak jauh dari lokasi juga terdapat area agrowisata perkebunan strawberry, ditempat ini pengunjung bisa membeli atau memetik sendiri buah strawbery masak langsung dari perkebunan. Untuk masuk ke area wisata telaga Wahyu ini pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp.5.000,- per orang di tambah dengan ongkos parkir kendaraan.

bendungan gonggang di poncol magetan
Waduk Gonggang Poncol, terletak di dusun Ledok, desa Janggan, kecamatan Poncol, kabupaten Magetan. Waduk ini mulai dibangun pada tahun 2006 dan selesai diresmikan pada 15 juni 2012. Pada awalnya pembangunan waduk ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air seperti irigasi, air minum, industri dan berbagai kebutuhan lain, sehingga disaat musim kemarau tiba tidak terjadi krisis air. Kapasitas waduk ini mampu menampung hingga 22 juta meter kubik air, dengan kedalaman hingga 60 meter. Lokasi waduk yang berada di kaki pegunungan memberikan suasana tersendiri dan mampu menjadi wisata alternatif selain telaga Sarangan dan telaga Wahyu, terutama di hari libur tempat ini cukup ramai pengunjung baik dari Magetan dan sekitarnya. Untuk menuju ke lokasi, dari kota Magetan, menuju jalur ke arah telaga Sarangan, setelah pasar Plaosan terdapat pertigaan, yang lurus ke telaga Sarangan, ambil yang ke kiri menuju kecamatan Poncol, kemudian menuju desa Janggan. Jalan menuju ke lokasi tidak terlalu besar dengan beberapa turunan yang cukup curam, jadi harap berhati-hati. Jalan ini juga sebagai jalur alternatif menuju ke Wonogiri Jawa Tengah, jadi meski jalannya kecil cukup ramai aktivitas kendaraan. Tempat wisata ini memang tidak seramai telaga Sarangan, namun setiap hari terlihat pengunjung berdatangan ke tempat ini meski hanya menikmati suasana waduk dengan berjalan berkeliling dan yang paling banyak memanfaatkan tempat ini untuk memancing ikan. Di tempat ini pengunjung dilarang untuk beraktifitas di air seperti berenang, karena berbahaya. Paling banyak pengunjung hanya jalan-jalan ke tengah waduk melalui sebuah jembatan menuju tempat kontrol pintu air yang ada di tengah waduk. Di bagian sisi tebing waduk, terdapat tulisan bendungan gonggang dengan panorama alam sekitar yang hijau menyegarkan dan di pagi hari atau sore hari banyak dimanfaatkan para pecinta photograpy untuk berburu foto. Smoga ke depan tempat ini bisa dikelola lebih baik sebagai destinasi wisata alternatif Magetan.

embung duwet sewu di baleasri magetan
Waduk Duwet Sewu, terletak di dusun Duwet Sewu, desa Baleasri, kecamatan Ngariboyo, kabupaten Magetan. Waduk kecil atau yang biasa disebut embung ini berfungsi sebagai tadah hujan yang berguna untuk irigasi persawahan di sekitar desa Baleasri. Untuk menuju ke lokasi dari kota Magetan, menuju ke arah penjara yang terletak di jalan Kelud, di pojok jalan terdapat jalan menuju ke desa Balegondo, lurus mengikuti jalan itu hingga bertemu perempatan jalan besar raya Ngariboyo, ambil menyebrang lurus menuju desa Baleasri, hingga bertemu persimpangan jalan yang terdapat petunjuk jalan menuju embung sewu, ambil yang ke kanan hingga bertemu sebuah masjid belok ke kanan, sekitar 300 meter setelah tanjakan, sampailah ke waduk Duwet Sewu. Tempat ini juga menjadi wisata alternatif bagi warga Magetan dan sekitarnya, terutama dipagi hari di hari libur banyak yang berkunjung ke waduk ini sekedar untuk jogging atau pun gowes, juga sekedar jalan-jalan menikmati suasana waduk yang terlihat indah dipagi hari. Aktifitas paling banyak yang dilakukan para pengunjung di waduk ini adalah memancing, karena tempat ini banyak terdapat ikan seperti jenis mujair, tombro, nila dan lain-lain, terlihat di sore hari tempat ini cukup ramai dengan para pemancing. Bagi anda yang hobi memancing, tempat ini bisa menjadi referensi sambil berwisata bersama keluarga juga bisa menyalurkan hobi memancing anda.

Itulah beberapa wisata air yang kami kunjungi, saat berada di Magetan, dan menurut info yang kami terima masih ada beberapa, waduk-waduk kecil atau embung juga wisata air lain yang bisa menjadi alternatif mengisi liburan anda. Smoga artikel ini bisa menjadi referensi anda berwisata di Magetan..*)



Artikel lain: