Agrowisata Di Lumajang



Lumajang – adalah sebuah kabupaten yang terletak di propinsi Jawa Timur dan di kenal sebagai kota pisang atau penghasil buah pisang ini ternyata menyimpan potensi agrowisata yang cukup menarik di kalangan para wisatawan baik lokal maupun dari mancanegara. Tidak kalah dengan kabupaten tetangganya seperti Jember dengan agrowisata perkebunan teh gunungGambir, Banyuwangi dengan agrowisata perkebunan buah naga dan Bondowoso dengan agrowisata perkebunan kopi. Salah satu agrowisata di Lumajang yang cukup dikenal di kalangan wisatawan antara lain sebagai berikut :
agrowisata royal family lumajang
Agrowisata Royal Family, terletak di dusun Ramba’an, desa Sukorejo, kecamatan Pasrujambe. Agrowisata ini berada di kawasan dataran tinggi sehingga memiliki udara yang sejuk dan mudah di jangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Untuk menuju ke lokasi, dari terminal Wonorejo menuju ke arah Klojen kemudian dilanjutkan menuju ke pasar Senduro, bagi yang menggunakan angkutan umum bisa naik angkot dari terminal jurusan ke Klojen lanjut ke jurusan pasar Senduro. Dari pasar Senduro bisa menggunakan jasa ojek untuk menuju ke lokasi agrowisata. Agrowisata Royal Family ini dirintis oleh H.M Fairozi sejak 1995, sekaligus sebagai pemilik dari agrowisata ini. Dahulu beliau adalah seorang petani buah-buahan seperti salak, manggis, durian, klengkeng, buah naga, blimbing dan berbagai macam buah tropis lainnya. Kemudian bersama-sama para petani lain mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) dengan nama “permata hitam” dari sinilah kemudian muncul gagasan untuk membuat sebuah agrowisata dengan konsep mengajarkan kepada pengunjung untuk bisa menjadi entreprenur di bidang pertanian. Agrowisata Royal Family ini baru dibuka untuk umum pada akhir bulan April 2010, setiap hari mulai jam 8:00 sampai 16:00 dengan tiket masuk hanya Rp.10.000,- per orang. Agrowisata ini memiliki luas lahan mencapai 12 Ha, yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu separuh untuk tanaman buah-buahan tropis dan separuhnya lagi untuk tanaman industri seperti Jabon dan sengon. Memasuki pintu gerbang gapura bambu, para wisatawan akan terasa terbawa nuansa alami layaknya perkebunan milik sendiri. Para wisatawan bisa berjalan-jalan di area perkebunan yang asri diantara hijaunya berbagai tanaman buah tropis. Selain berwisata sambil belajar tentang buah-buahan, di dalam area perkebunan juga disediakan fasilitas kolam renang dan para wisatawan bisa memetik langsung buah-buahan di dalam perkebunan yang di bagi dalam blok-blok sesuai dengan jenis buahnya yang ditanam dengan pola tumpang sari. Untuk memudahkan para wisatawan, pihak pengelola juga menyediakan petugas yang selalu siap menemani dan memberikan berbagai informasi seputar agrowisata ini. Gimana, asyik kan ? berwisata sambil belajar budidaya berbagai buah-buahan tropis. Di Agrowisata Royal Family ini yang menjadi kesenangan para wisatawan adalah buah durian yang sekaligus menjadi ikon andalan. Di dalam agrowisata ini dikembangkan beberapa varietas durian mulai dari lokal hingga montong. Saat musim durian, para wisatawan ramai-ramai memetik langsung buah-buah durian yang masih bergelantungan di pohon dengan harga satu paket , namun menurut pihak pengelola, para wisatawan umumnya lebih tertarik memilih durian varietas lokal daripada montong, yang menurut mereka meski buahnya tidak terlalu besar tapi manis rasanya. Selain paket wisata, pihak pengelola juga menawarkan paket budidaya salak, manggis, durian dan berbagai macam tanaman sayuran lengkap dengan fasilitas pelatih dengan biaya yang cukup terjangkau. Fasilitas lain di dalam area perkebunan yang bisa dinikmati para wisatawan antara lain tersedianya area bermain yang cukup luas dan cocok bagi para wisatawan yang membawa anak-anak. Di dalam area perkebunan juga disediakan area outbond, penginapan dan area camping yang banyak dimanfaatkan oleh kalangan pelajar yang tergabung dalam satu paket wisata, yaitu para siswa nantinya akan mendapatkan panduan dari para pelatih untuk diajak menjelajah perkebunan sambil diskusi dan tanya jawab seputar tanaman yang mereka kunjungi, belajar budidaya tanaman dan berbagai acara lainnya yang dikemas cukup menarik dan kreatif. Bagi para peserta rombongan pelajar, pihak pengelola memberikan diskon hingga 20% dan untuk paket camping hanya Rp.10.000,- per malam dan biaya konsumsi Rp.25.000,- per orang untuk dua hari satu malam. Sedangkan paket outbond, biayanya Rp.150.000,- per orang minimal 20 orang, harga ini sudah termasuk pemandu kegiatan, permainan, kaos, makan siang dan lain-lain.
agrowisata perkebunan teh guci alit kertowono lumajang
Agrowisata Perkebunan Teh Guci Alit – Kertowono, terletak 35 Km dari pusat kota Lumajang dan kawasan agrowisata ini di kelola oleh PT.Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) dengan luas lahan mencapa 931 Ha dan ketinggian antara 650 – 1250 Dpl. Untuk mencapai lokasi memang cukup susah bagi para wisatawan yang menggunakan angkutan umum, karena masih minim angkutan menuju ke guci alit kecuali menggunakan ojek tapi dengan tarif yang cukup mahal. Dari terminal Minak Koncar atau terminal Wonorejo, naik angkutan L-300 menuju ke pertigaan Wringin kemudian lanjut menuju ke Guci alit dengan angkutan sejenis, namun cukup jarang. Akses menuju perkebunan teh Guci alit melintasi jalan-jalan yang menanjak, karena perkebunan teh tersebut terdapat di dataran tinggi dan kira-kira memerlukan waktu tempuh sekitar 45 menit. Setelah sampai di pintu gerbang bertuliskan PTPN XII, para wisatawan bisa menuju ke pos security untuk meminta izin masuk ke area perkebunan dan pabrik teh. Masuk ke kawasan perkebunan ini tidak di pungut biaya tiket hanya biaya parkir kendaraan saja, namun para wisatawan harus mematuhi semua aturan yang ada karena masuk dalam lingkungan perusahaan milik negara. Di perkebunan yang sangat luas ini para wisatawan bisa merasakan sensasi memetik teh langsung di perkebunan bersama dengan para pekerja pemetik teh. Selain memberikan sensasi wisata yang berbeda dengan udara sejuk khas pegunungan dengan suhu rata-rata 16 derajat celcius, kawasan perkebunan teh ini juga memiliki panorama alam yang sangat indah yang pantas untuk diabadikan. Area perkebunan teh ini terdiri dari perkebunan teh, pabrik dan rumah dinas yang semua bangunannya adalah peninggalan zaman Belanda namun masih kokoh dan terawat. Bangunan rumah karyawan tampak begitu rapi dengan dominasi warna merah dan kuning dengan taman-taman yang indah di depan. Kawasan sekitar perkebunan teh guci alit ini di dominasi vegetasi tanaman keras yang merupakan kawasan hutan yang masih alami, jadi para wisatawan harap berhati-hati masih banyak binatang liar seperti ular, kalajengking dan lain-lain. Di area perkebunan juga terdapat gazebo-gazebo yang diigunakan sebagai gardu pandang yang bisa digunakan para wisatawan untuk bersantai sambil menikmati panorama perkebunan teh. Tidak jauh dari perkebunan terdapat sebuah air terjun kecil bernama air terjun semingkir dengan ketinggian 12 meter yang sumbernya berasal dari hutan yang berada di atasnya. Aliran airnya jernih dan terasa menyegarkan dan bisa dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk sekedar membasuh muka, namun di musim kemarau air terjun ini kering hanya tampak bebatuan sepanjang aliran sungainya. Menurut petugas perkebunan, jenis teh yang di tanam di perkebunan ini adalah jenis teh hitam yang di tanam sejak tahun 1910 oleh NV Ticderman Van Kerchen (TVK) yang merupakan sebuah perusahaan pemerintah Belanda yang dahulu membuka lahan perkebunan sejak tahun 1875. Bila anda bosan dan jauh untuk berlibur ke puncak Bogor atau di perkebunan teh yang ada di Lembang, Bandung anda bisa mencoba agrowisata perkebunan teh Guci Alit – Kertowono ini, tentu dengan sensasi yang tidak kalah dengan agrowisata perkebunan teh lain*)

Artikel lain :